watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

3 RONDE SEHARI

Ada saat-saat di mana Bari bukan main
perkasanya. Entah apa sebabnya. Bukan bulan
purnama, bukan bulan mati. Bukan bulan muda,
bukan bulan tua. Tidak pula karena ia makan sate
kambing, atau minum obat kuat. Bukan karena
sedang cuti, bukan karena mendapat bonus.
Pokoknya, tidak ada penyebab khusus. Ayu
pernah memikirkannya, mencari penyebabnya,
karena ia tentu saja ingin Bari sering-sering
begitu! Tetapi akhirnya ia menyerah, karena
"fenomena bergairah" itu tidak pernah teratur.
Tidak ada polanya!
Misalnya hari ini, hari Selasa di pertengahan
bulan yang kebetulan sedang kemarau. Pagi-pagi
sekali, sebelum mandi dan sarapan, Bari sudah
menelusup ke leher istrinya, mencium dan
menggigit-gigit kecil untuk membangunkan Ayu.
Sebetulnya Ayu sendiri sudah terbangun sejak
tadi, cuma masih malas membuka mata. Ia
memeluk erat-erat suaminya, menggelinjang
sambil tertawa kecil.
"Kamu tidur dengan pakaian lengkap, seperti
mau upacara bendera!", protes Bari sambil
meremas-remas bagian belakang tubuh Ayu.
"Ya, ampun" keluh Ayu, "Masak seperti ini
disebut pakaian lengkap?".
"Lha, iya!" sergah Bari lagi, "Masak tidur memakai
beha dan celana dalam segala".
Ayu tergelak, dia selalu memakai keduanya.
Kenapa baru sekarang dipersoalkan? Pasti ada
maunya.
"'Makan', yuk!", bisik Bari sambil menelusupkan
kepalanya lebih ke bawah lagi, ke antara dua
bukit di dada istrinya. Hmm.., lelaki itu selalu
suka menghirup keharuman lembut dari sana.
"Aku belum pingin.." goda Ayu, tetapi sambil
meraih ke belakang dan melepaskan kait BH-nya.
Sekejap kemudian ia menarik lolos BH itu dari
balik dasternya. Payudaranya segera terbebas.
"Memang aku yang mau makan kamu..", kata
Bari sambil menarik turun daster istrinya.
Segera dada Ayu yang subur sekal segar itu
terpampang. Cepat-cepat Bari menelusuri
bulatan sintal yang menggairahkan itu dengan
hidung dan mulutnya. Hmm.., tambah harum
jika dicium tanpa penghalang seperti ini.
"Pelan-pelan, yaa.." bisik Ayu sambil
menggelinjang, "Nanti kamu tersedak".
Bari menjulurkan lidahnya, menelusuri lembah di
antara dua payudara istrinya. Hmm.., agak asin
karena ada sedikit bekas keringat di sana. Tapi
tambah asyik. Bari naik ke bagian atas,
melingkari wilayah bulat coklat hitam di pangkal
puting Ayu. Hmm.., di sini tidak begitu asin.
"Aah.., geli, Yang..", desah Ayu, tetapi sama
sekali tidak bermaksud memprotes.
Bari berputar-putar lagi di tempat yang sama,
dengan takjub melihat puting yang tadinya
tergolek lemah kini perlahan menegak tegang.
Setelah tegak sepenuhnya, tak tahan lagi, Bari
memasukkan puting itu ke mulutnya. Pelan-
pelan disedotnya daging kenyal hangat itu.
"Aah.., geli sekali, Yaang.." erang Ayu, sama
sekali tidak memprotes, melainkan justru
bermaksud menambah semangat suaminya.
Dalam sekejap puting kiri Ayu sudah basah dan
berdenyut hangat. Warnanya tidak lagi coklat
semata, tetapi juga bertambah gelap dan agak
merona merah. Apalagi Bari juga kadang-kadang
memainkan lidahnya di dalam mulut, menekan-
nekan puting itu ke kiri dan ke kanan.
"Yang satu lagi ngiri, Yaang.." desah Ayu gelisah,
sambil meremas sendiri payudaranya yang
sebelah kanan.
Bari melepaskan mulutnya dari payudara kiri,
berpindah cepat ke payudara kanan. Ayu
mengerang keras, menggelinjang gelisah, karena
Bari kini meremas payudara kiri yang telah
ditinggalkan mulutnya. Kini kedua bukit gairah
sensual itu terasa geli belaka. Sambil mendesis
dan mendecap seperti orang kepedasan, Ayu
memejamkan matanya, menikmati sensasi luar
biasa di pagi yang segar ini!
Bari sendiri sangat terangsang kalau bermain-
main di payudara istrinya. Ia suka sekali
menyedot.., mengulum.., meremas dan kadang
menggigit pelan kedua bukit lembut yang hangat
dan harum itu. Rasanya seperti bermain-main di
suatu masa lampau, mungkin ketika ia masih
kecil dulu, dalam buaian Ibu yang memberinya
susu penuh gizi. Mungkin semua lelaki begitu,
suka bermain-main di susu wanita karena
terkenang masa hangat bahagia di pelukan
Wanita Mulia yang melahirkannya.
Ayu menelentangkan diri, membentangkan
tangannya di atas kepala, sehingga dadanya lebih
bebas terbuka. Bari mengangkat tubuhnya, naik
menjelajah payudara yang menjulang
menantang itu dengan gairah yang semakin
membara. Lalu satu tangannya merayap turun
sambil membawa serta daster istrinya. Sekali
tarik, daster itu lolos dari kedua kaki Ayu,
sehingga kini tinggal celana dalam yang
membungkus tubuhnya. Tidak sabar membuka
celana dalam itu, Bari menelusupkan tangannya
ke bawah, meraih selangkangan istrinya yang
dengan otomatis membuka memberi jalan.
"Aah..!" Ayu mengerang keras ketika jari tengah
Bari menerobos di antara dua bibir di bawah
sana. Rasanya seperti dibelah dua oleh
kenikmatan!
Sambil terus mengulum dan menyedot dan
menggigit, Bari mengelus-elus lembut lembah
cinta istrinya yang mulai membasah. Sekali-
sekali ujung jarinya memutar-mutar di atas
tombol cinta yang cepat sekali mengeras, terselip
di pojok atas bibir kewanitaannya. Ayu
mengerang-erang semakin keras dan semakin
gelisah.
"Buka dulu piyama kamu, Yang.." desah Ayu
sambil mulai membuka kancing-kancingnya.
Cukup susah melakukan hal itu karena Bari tidak
mau lepas dari dada dan selangkangan istrinya.
Tetapi bukan Ayu namanya kalau tidak bisa
membuka baju suaminya dalam 5 menit.
"Enam sembilan, Yang.." desah Ayu gelisah,
nafasnya memburu ingin segera diciumi di
bawah sana dan juga ingin menciumi suaminya.
Bari tidak banyak membantah dan segera
mengatur posisi sehingga kini mereka bisa saling
hisap, saling kulum, saling sedot, penuh gairah
dan penuh rasa kasih yang tak berbatas. Ayu
mengerang-erang dengan mulut dipenuhi
kejantanan suaminya. Bari mendesah-desah
sambil menenggelamkan mukanya di antara dua
paha mulus istrinya. Decap dan desah saling
bersusulan ramai sekali. Erotik sekali.
Tidak lama kemudian, keduanya tak tahan lagi.
Seperti ada komando khusus, keduanya saling
memposisikan diri. Ayu menelentang dan
membuka kedua pahanya lebar-lebar. Bari
mengangkat tubuhnya dalam posisi push up di
atas tubuh istrinya. Lalu, sambil dituntun tangan
Ayu, lelaki itu menekan dalam-dalam.
"Aah!" Ayu menjerit sambil memejamkan
matanya erat-erat. Kejantanan suaminya yang
kenyal itu menerobos masuk dengan lancar,
langsung membentur bagian yang paling
dalam.., langsung memicu orgasmenya. Cepat
sekali!
Sambil bertumpu di kedua sikunya, Bari
menenggelamkan mukanya di leher Ayu yang
sudah dibasahi keringat. Sambil mencium dan
menggigit-gigit kecil, lelaki itu mulai menggenjot,
mengeluar masukkan kejantanannya penuh
semangat. Ayu mengangkat kedua kakinya,
memeluk pinggang ramping suaminya erat-erat,
mengunci tubuh yang juga sudah berkeringat itu
kuat-kuat. Perjalanan menuju puncak birahi.
"Ah.., yang keras, Yang!" desah Ayu, merasakan
orgasmenya sudah tiba, dan ia ingin digenjot
sekeras-kerasnya! Bari menekan lebih keras lagi,
sampai kadang-kadang ranjang seperti bergeser
diterjang berat tubuhnya. Pangkal kejantanannya
membentur lingkar bibir kewanitaan Ayu yang
sedang berdenyut-denyut mempersiapkan
ledakan pamungkas.
"Aah!" Ayu menjerit merasakan ledakan pertama
menyeruak dari dalam tubuhnya, "Ngga tahan,
Yang.., aah!"
Bari terus menekan dan menghunjam, ia sendiri
juga sudah ingin meledak rasanya. Seluruh
perasaannya seperti ingin tumpah ruah sesegera
mungkin. Apalagi otot-otot kenyal di kewanitaan
istrinya kini mencekal erat, seperti meremas-
remas dan mengurut-urut kejantanannya. Bari
juga tidak tahan lagi.
"Uuuh!" pria itu menggeram sambil menggenjot
keras-keras lima kali.
"Ah.., ah.., ah.., ah..!" Ayu mengerang setiap kali
enjotan mahadahsyat itu menerjang tubuhnya.
"Aah!" Bari mengerang keras, menancapkan
dalam-dalam kejantanannya dan bertahan di
sana ketika lecutan-lecutan ejakulasi melanda
seluruh tubuhnya.
"Oooh!", Ayu mendesah panjang merasakan
cairah panas tumpah ruah di dalam
kewanitaannya dan seperti memberi penyedap
utama bagi geli orgasmenya.
Permainan cinta pertama ini cepat sekali. Tidak
lebih dari 15 menit. Tetapi dilakukan dengan
sangat bergairah, sehingga setelah mencapai
puncak, Bari rubuh menubruk istrinya. Ayu
tersengal menahan tubuh suaminya, dan
menelentang tak berdaya dengan sendi-sendi
yang seperti copot!
Diperlukan cukup banyak ekstra energi ketika
akhirnya Bari bangkit meninggalkan ranjang
untuk mandi dan bersiap ke kantor. Ayu tinggal
di tempat tidur beberapa lama lagi,
memejamkan mata, merasakan dan
membiarkan cairan cinta mereka perlahan-lahan
merayap turun membasahi sprei. Biarlah!
sergahnya dalam hati, sudah waktunya sprei itu
diganti.
Baru setelah Bari terdengar selesai mandi, wanita
itu bangkit dan mengelap tubuhnya sebelum ikut
masuk ke kamar mandi. Kemudian keduanya
sarapan pagi yang sesungguhnya, sambil
tersenyum-senyum mengingat kegilaan mereka
pagi ini.
"Makan apa, sih, kamu tadi malam?", sergah Ayu
sambil menyuap nasi gorengnya.
"Nggak makan apa-apa. Biasa saja, steak dan
kentang goreng" sahut Bari, teringat bahwa tadi
malam ia memang makan malam bersama
relasi kantor. Tetapi tak ada yang istimewa di
makanan itu. Bahkan sebetulnya ia tak makan
banyak karena masih merasa kenyang.
"Sering-sering, deh, begitu..", kata Ayu sambil
melirik nakal.
"Nanti kamu kewalahan, lho!" kata Bari sambil
mencubit hidung istrinya.
"Hey.., siapa bilang!" sergah Ayu, "Jangan-
jangan kamu yang kewalahan".
Bari tersenyum sambil meneguk kopinya, "Nanti
kita buktikan saja, lah!" katanya.
Dan siang itu Bari menelepon mengatakan akan
makan siang di rumah. Ayu masih sibuk di
studio fotonya ketika Bari tiba dengan dua
bungkus mie goreng dan sebotol besar
minuman ringan kesukaan mereka. Tahu-tahu
suaminya sudah ada di belakang, memeluk dan
mencium tengkuknya.
"Sebentar, ya, Yang.." kata Ayu sambil
membereskan kamera dan film-filmnya, "Kamu
duluan, deh. Nanti aku susul ke meja makan!"
"Ngga mau", kata Bari tetap memeluk dan
menciumi kuduk Ayu.
"Eh, bandel, ya!" sergah Ayu sambil terus
bekerja membereskan mejanya, sambil
menggelinjang kegelian pula karena diciumi di
daerah sensitifnya.
"Biar bandel, asal ganteng!" kata Bari terus
mencium, dan sekarang bahkan memegang-
megang dada istrinya yang cuma terbungkus
kaos. Ayu tertawa. Siapa bilang suamiku jelek?
katanya dalam hati, dia paling ganteng betapa
pun nakal dan bandel dan keras kepalanya!
"Di sini saja, yuk!" bisik Bari sambil menggigit
cuping istrinya, membuat wanita itu menjerit
kegelian.
"Aduuh, nanti ngga selesai-selesai, nih!", keluh
Ayu sambil sibuk menurunkan tangan Bari dari
dadanya. Tetapi begitu diturunkan, begitu cepat
naik lagi. Bahkan yang satu sudah masuk
menelusup ke balik kaos, dan sudah mengusap-
usap. Celakanya lagi, dada yang diusap itu
bereaksi positif!
"Nanti saja beres-beresnya", kata Bari lagi sambil
menarik istrinya ke sebuah kursi panjang di
dekat tembok.
"Eh, apa-apaan.., Koq di sini makannya? Nanti
studioku banyak semut!" protes Ayu ketika Bari
tidak sabar lagi dan membopong istrinya
menuju kursi yang selama ini dipakai untuk
tiduran kalau Ayu ingin beristirahat di tengah
kerjanya.
"Siapa yang mau makan di studio?" tanya Bari
sambil dengan hati-hati menurunkan Ayu di atas
kursi yang dilengkapi dengan bantal-bantal itu.
"Habis, kita mau ngapain?" Ayu mengernyitkan
keningnya, melihat suaminya membuka dasi.
"Mau bikin film matinee!" sergah Bari sambil
duduk dan menciumi leher Ayu.
Astaga! Ayu baru sadar apa yang dimaksud
suaminya. Gila! Padahal tadi pagi ia sudah
mengajak bercumbu. Sekarang, belum lagi
pukul 1 siang, dia sudah bergairah lagi. Benar-
benar surprise.
Ayu menjerit kegelian ketika Bari tiba-tiba
menyingkap kaos, dan menenggelamkan
mukanya di antara kedua payudara yang
memang tak tertutup BH itu. Wanita itu tak bisa
banyak bergerak karena di desak sampai ke
tembok, dan karena suaminya menindih tubuh
indahnya dengan bergairah. Tetapi tentu saja ia
sebetulnya juga tidak mau banyak berontak! Ia
suka diperlakukan dengan penuh gairah seperti
ini.
"Baju kamu nanti lecek, Yang!" sergah Ayu
melihat suaminya seperti kesetanan. Biarpun ia
sedang kegelian, wanita itu masih sempat
memikirkan baju pria kesayangannya! Begitulah
mulianya hati seorang istri.
"Nanti ganti saja..", desah Bari tak peduli. Lelaki
memang maunya praktis saja.
"Sabar, Yaang.." bisik Ayu sambil menahan tawa
karena melihat Bari seperti bayi kehausan ASI
ibunya, mencari-cari puting susunya.
"Masih ada waktu, kan?".
Bari tak menyahut. Ia sibuk menelusup dan
menelusur dada istrinya. Lalu sibuk mengulum
dan menyedot, membuat si empunya dada
mengerang dan menggelinjang.
"Aaaah.." Ayu mendesah, mendorong dadanya
ke depan sambil merengkuh leher suaminya.
Tadi ia bilang "sabar", sekarang justru dia yang
tidak sabar!
Siang ini Ayu bekerja dengan kaos t-shirt dan
celana pendek longgar. Kaos sudah disingkap
sampai ke leher. Maka, sambil menggeliat-geliat
merasakan mulut suaminya yang sangat aktif
itu, Ayu membuka celananya sendiri,
memelorotkan sekaligus bersama celana
dalamnya. Nah, sekarang ia sudah telanjang dari
dada ke bawah. Sudah bebas diperlakukan apa
saja oleh suaminya.
Bari memposisikan tubuhnya di sisi kursi
panjang tempat mereka bercinta. Lalu ia
membuka ikat pinggang dan celananya sendiri.
Keduanya seperti sudah sepakat untuk saling
membuka pakaian tanpa ada aba-aba
sebelumnya. Maklumlah, suami istri ini memang
sangat kompak!
Tidak lama kemudian keduanya sudah telanjang,
walau Bari masih memakai baju dan Ayu masih
memakai kaos di atas dadanya. Sambil terus
mengulum dan menciumi payudaranya, Bari
menempelkan tubuh atletisnya lekat-lekat ke
tubuh mulus Ayu. Hmm.., di siang yang gerah
seperti ini, nyaman sekali rasanya bersentuhan
kulit dengan orang yang terkasih. Walaupun
sebetulnya mereka berdua sudah mulai
berkeringat, tetapi tetap saja nikmat rasanya
menempel seperti perangko dan amplopnya.
"Ngg.." Ayu mengerang sambil merenggangkan
pahanya, "Jangan dimasukkan dulu, Yang..".
Bari tak menyahut, tetapi ia mengerti maksud
istrinya. Biar bagaimanapun, istrinya tentu belum
siap menerima percumbuan tanpa rencana ini.
Harus ada sedikit upaya untuk membuatnya
siap. Sedikit saja, tetapi harus!
"Mmmmm.." Ayu mendesah merasakan ujung
kejantanan suaminya menelusur celah sempit di
antara kedua pahanya, menimbulkan rasa
nikmat yang perlahan-lahan menyeruak ke
seluruh tubuh.
Dengan satu tangannya, Bari menuntun
kejantanannya naik turun di sepanjang celah
yang mulai membasah itu. Oh, geli sekali
rasanya ujung kejantanannya menyentuh
lembah halus dan licin yang seperti kelopak
bunga terkuak perlahan. Sekali-sekali ia
memutar-mutar ujung tumpul itu di permukaan
liang senggama istrinya, merasakan liang itu
semakin lama semakin lebar membuka,
menyatakan kesediaan untuk di eskplorasi.
Sekali-kali ia naikkan kejantanannya, menggosok-
gosok lembut bagian yang tersempil menonjol
di lipatan atas bibir kewanitaan istrinya. Itu
bagian paling sensitif yang dengan cepat
membuat Ayu mengerang dan semakin
merenggangkan pahanya.
"Aah.., nikmat itu, Yang.." Ayu berbisik
mendesah dengan mata terpejam, "Oooh.. lagi,
Yang!"
Bari mengulang lagi. Dengan sabar ia terus
menggosok-gosokkan kejantanannya,
menggunakannya sebagai alat pemicu birahi
istrinya. Perlahan-lahan ia mulai merasakan celah
sempit di bawah itu mulai membuka dan basah.
Kalau ia membawa ujung kejantanannya ke liang
kewanitaan Ayu, terasa liang itu seperti mau
menangkap dan menarik kejantanannya masuk.
Sekali-sekali Bari memang menenggelamkan
seluruh kepala kejantanannya ke dalam. Ayupun
mengerang setiap kali suaminya melakukan
itu."mm.." Ayu mengerang penuh nikmat, "Dikit
lagi, Yang.. ooh", bisiknya.
Bari mendorong masuk sedikit, sehingga
seperempat kejantanannya melesak masuk.
Wow.., liang yang dimasuki itu masih agak
sempit dan berdenyut-denyut.
"Uuuh.." Ayu mendesah sambil menggeliat, "Di
situ aja dulu, Yang..".
Bari tertawa kecil sambil bergumam, "Kamu
banyak maunya!".
Ayu ikut tertawa, dan memprotes manja,
"Jangan becanda, dong. Aku kan lagi serius, nih!"
Bari menahan tawanya, sambil menciumi leher
istrinya yang sedang terpejam dan megap-
megap merasakan nikmat. "Ada-ada saja istriku,
masak bercumbu saja pake serius-seriusan
segala!", Tetapi Bari memang pernah juga
membaca, bahwa wanita memang lebih
memerlukan keseriusan dalam bercumbu.
Wanita mudah terangsang kalau seluruh
pikirannya tercurah untuk percumbuan. Sedikit
saja pikirannya terganggu, seorang wanita bisa
kehilangan gairah. Walaupun begitu, rasanya
dengan Ayu teori itu tidak selalu berlaku.
"Aah.." terdengar Ayu mulai mendesah lagi, dan
pinggulnya berputar-putar gelisah, "Dikit lagi
Yang.., tapi jangan semuanya.."
Oke boss! ucap Bari, tetapi dalam hati. Pelan-
pelan ia mendorong masuk kejantanannya,
menerobos liang yang semakin membuka tetapi
juga semakin berdenyut seperti mulut kecil yang
sedang sibuk mengulum permen kesukaan. Ayu
menggeliat dan menggerang lagi. Bari
mendorong sedikit lagi, sehingga kini tiga
perempat kejantanannya terhenyak sudah.
"Oooh.." Ayu mengerang sambil memutar-
mutar pinggulnya. Bari bertumpu pada sikunya,
berusaha menjaga agar kejantanannya tidak
seluruhnya masuk. Dengan gerakan-gerakan
Ayu, rasanya kejantanan itu seperti sedang
mengaduk-aduk sebuah wahana lentur dan
kenyal yang basah dan licin. Bari melihat ke
bawah, terpesona memandang kejantanannya
yang tampak sedikit di atas cekalan bibir
kewanitaan istrinya yang berputar-putar penuh
gairah.
Ayu memejamkan mata dengan nafas
memburu, merasakan betapa nikmatnya
memutar-mutar pinggul dengan batang kenyal
dan padat tertanam sedikit di gerbang
kewanitaannya. Gerakan memutar itu
menyebabkan seluruh lingkar luar liang
senggamanya seperti diurut-urut, menimbulkan
rasa geli dan gatal yang menggairahkan. Inilah
salah satu pemanasan.., permainan awal.., yang
disukainya. Dengan begini, ia akan segera siap
menuju langkah berikutnya.
"Aaaaah.." Ayu mengerang keras, menggeliat
gelisah, "Ayo masukin semua, Yang.."
Oke, boss! ucap Bari dalam hati lagi. Pelan-pelan
ia menurunkan tubuh bagian bawahnya, dan
pelan-pelan kejantanannya melesak masuk
sampai ke pangkalnya. Begitu terhenyak 100%,
Ayu mengerang keras dan menghentikan
gerakan pinggulnya. Wow! Bari merasakan
dirinya tenggelam dalam lubang dalam yang
panas dan basah dan berdenyut. Merasakan
ujung kejantanannya membentur dinding halus
nan licin bagai sutra dilapisi cairan khusus.
Sejenak pria itu diam saja menikmati sensasi luar
biasa di sepanjang kejantanannya.
Ayu mengerang, mendesah dan merengkuh
tubuh suaminya erat-erat. Kedua kakinya
membentang seluas mungkin lalu naik memeluk
pinggang Bari, mengunci tubuh mereka dalam
sebuah persatuan yang menggairahkan. Sejenak
mereka diam saja, saling memeluk dan
berciuman mesra, merasakan persetubuhan di
siang bolong yang terik ini. Keduanya sudah
agak berkeringat, dan kedua payudara Ayu yang
sintal sudah terhenyak rapat di bawah dada
suaminya yang masih memakai kemeja. Tak rela
berpelukan dengan baju, wanita itu cepat-cepat
membuka kancing-kancing suaminya. Sekejap
kemudian keduanya mengerang karena akhirnya
tak ada lapisan yang membatasi pertemuan
tubuh mereka. Kedua puting susu Ayu terasa
nikmat di tekan dan di tindih oleh dada suaminya
yang kukuh itu. Baripun merasa nikmat
tertelungkup di atas hamparan lembut kenyal
dada istrinya.
"Begini aja, yuk!" desah Ayu sambil menciumi
muka suaminya penuh kemesraan. Ia senang
sekali tertancap menjadi satu seperti ini.
"Cuma diam begini?" tanya Bari dengan nada
lucu sambil membalas ciuman istrinya.
Ayu tertawa kecil di tengah nafasnya yang
memburu, "Boleh gerak, dikiit.." bisiknya manja.
"Seperti ini?", tanya Bari sambil mulai
menggerakkan pinggulnya memutar-mutar
perlahan.
"Mmhh.." Ayu menjawab dengan erangan.
Aduh ini, sih, terlalu sedikit, pikirnya menyesal
mengatakan "dikit" tadi.
"Atau begini?", tanya Bari sambil menaik
turunkan pinggulnya, pelan-pelan saja.
"Aah.." Ayu mendesah dengan nafas semakin
memburu, "Dua-duanya, Yang.., Oooh.., Aku
suka dua-duanya, Yang!"
Bari tersenyum dan dengan gemas mencium
mulut istrinya, membungkam si ceriwis yang
menggairahkan itu. Segera pula ia mengerjakan
"dua-dua"nya, yakni menaik turunkan
pinggulnya sambil memutar-mutar. Tetap
dengan gerak lambat namun mantap.
Kejantanannya dengan perkasa menyeruak
masuk ke liang cinta istrinya yang kini sudah
terbuka pasrah dan basah. Lancar sekali otot
pejalnya itu menerobos, menimbulkan suara-
suara seksi berkecipak ramai.
"Aah.., Ngg..", Ayu mengerang tidak karuan
sambil megap-megap dan memejamkan
matanya, berkonsentrasi menikmati hunjaman
suaminya yang perkasa. Bari melepaskan
ciumannya, karena Ayu seperti ingin bicara. Lalu
terdengar wanita itu mendesah penuh
permohonan yang manja,
"Boleh lebih cepat.., ooh.., Yang.., aku mau,
Yang.., aah!"
Pura-pura tidak mau, tahu-tahu paling mau!
sergah Bari dalam hati sambil menahan
tawanya. Ia mempercepat hunjaman dan
tikaman kejantanannya. Kursi panjang tempat
mereka bercumbu berderit-derit ramai, karena
sebetulnya itu bukan tempat bercumbu. Ayu
mengerang-erang sambil mencengkram
pinggang suaminya, ikut membantu
menaikturunkan tubuh Bari. Padahal lelaki itu tak
perlu bantuan, tetapi mungkin dengan
berpegangan ke pinggang seperti itu, Ayu bisa
memastikan bahwa suaminya tidak akan
berhenti!
Setelah kira-kira selusin kali menggenjot, Bari
merasakan liang kewanitaan istrinya menyempit
dan mencekal erat. Itu pertanda awal
orgasmenya. Ayupun sudah mengerang-erang
semakin keras dan menggeliat-geliat seperti
cacing kepanasan. Bari mengerti tanda-tanda ini
sepenuhnya. Maka ia mempercepat dan
memperkeras gerakannya. Bahkan kadang-
kadang ia menghentak dan menghunjam
dengan gerakan kasar, membuat kursi panjang
bergetar dan bergeser sedikit. Tetapi justru itu
membuat Ayu tambah keenakan, dan setelah
tiga empat kali "dikasari" seperti itu, wanita ini
mencapai puncak birahinya.
"Mmmmm.." ia mengerang panjang, lalu
berteriak pendek-pendek, "Ah.. ah.. ah..!"
Bari menghunjam dalam-dalam, lalu memutar
dan menekannya dengan sekuat tenaga.
"Oooh!" Ayu menjerit keras, meregang dan
melentingkan tubuhnya, lalu terhempas kembali
ke bawah sambil bergetar kuat seperti orang
yang kena hukuman di kursi listrik. Kursi
berderit-derit ramai, dan Bari menekan tubuh
istrinya kuat-kuat agar mereka berdua tidak
terlempar ke lantai. Bagi Ayu, orgasme itu sangat
dahsyat. Seluruh tubuhnya ikut tersaput ledakan-
ledakan kenikmatan yang bermuara di kedua
pangkal pahanya. Dari lembah basah yang
tersumpal batang liat dan pejal itulah datangnya
gelombang besar yang melanda seluruh
tubuhnya. Ayu seperti merasa berenang
terapung dan terombang-ambing dalam lautan
nikmat yang merasuk ke seluruh pori-pori
tubuhnya. Beberapa menit kesadarannya seperti
hilang dan tubuhnya lepas dari kendali, bergerak-
gerak liar ke segala arah.
Setelah beberapa saat menggelepar dan
meregang menikmati orgasmenya, Ayu berhasil
menanussai diri, lalu mendesah dengan suara
letih, "Aduuh.., gila kamu, Yang.., bikin aku
ketagihan"
Bari tertawa kecil sambil menggigit dagu istrinya
tercinta, "Ini mau protes atau mau bilang terima
kasih?", tanyanya.
Ayu tak menjawab, melainkan meraih leher
suaminya, menciumi mulut pria yang sangat
dicintainya itu. Mereka saling mengulum dan
menggigit gemas. Ayu menumpahkan seluruh
perasaannya lewat ciuman itu. Ia ingin berterima
kasih.., ia ingin memuji.., ia ingin memuja.., ia
ingin menyatakan cinta. Tak ada pria lain yang ia
cintai seperti pria yang satu ini. Pria ini
membuatnya lebih hidup dari sekedar hidup,
lebih bernafas daripada sekedar bernafas. Pria ini
mengisi dunianya dengan gairah baru setiap
hari.Lalu, di tengah ciuman yang bergelora itu,
mereka mulai bergerak lagi. Bari mulai
menggenjot lagi, mulai memicu kembali gairah
Ayu yang belum sepenuhnya reda. Tak berapa
lama kemudian mereka sudah tak sanggup lagi
berkata-kata. Nafas keduanya memburu dan
saling bersusulan, disertai erangan dan desahan
yang tidak beraturan. Kursi panjang semakin
bergeser dari kedudukannya semula. Bantal-
bantal berserakan tertendang atau terdorong
oleh gerakan-gerakan mereka yang semakin liar.
Keringat mulai membanjiri tubuh mereka,
membuat kemeja Bari basah kuyup di bagian
punggung. Tubuh bagian bawah, terutama dari
pinggang ke bawah, tampak paling basah,
berkilat-kilat seperti dilapisi lilin dan minyak.
Lalu Ayu mencapai orgasmenya yang kedua
tanpa bisa ditahan lagi. Wanita itu menggelepar
dan mengerang-erang sambil memejamkan
matanya erat-erat. Wajahnya tampak
berkonsentrasi dan merona merah mempesona.
Mulutnya terbuka dan nafasnya keluar dalam
hempasan-hempasan pendek. Bari terus
menggenjot karena ia juga sudah mencapai
tarap akhir pendakian asmara ini. Ia tidak
berhenti walau tampaknya Ayu telah kewalahan
menahan rasa geli yang memuncak. Wanita itu
berusaha memperlambat gerakan suaminya,
tetapi ia juga tak berdaya karena setengah dari
dirinya ingin tetap menikmati hunjaman-
hunjaman keperkasaan Bari. Akhirnya ia
menyerah saja, menggeletak dan meregang-
regang terus menikmati orgasmenya yang
sambung-menyambung.
Lalu Bari mencapai puncak birahinya. Pria itu
menggeram dan mengerang keras. Seluruh otot
di tubuhnya meregang seakan beramai-ramai
mendorong keluar cairan cinta dari pinggangnya
ke kejantanannya. Lalu sejenak ia terdiam,
menanamkan dalam-dalam kejantanannya di
liang cinta istrinya.., dalam sekali, sampai
melesak ke pangkalnya.., sampai menyentuh
langit-langit terdalam kewanitaan istrinya. Ayu
menanuskkan kedua pahanya seluas mungkin,
merasakan kejantanan suaminya seperti
membesar sepuluh kali lipat.., sebelum akhirnya
batang keras itu melonjak-lonjak liar dan
menyemprotkan cairan-cairan kental panas. ooh,
kewanitaan Ayu seperti sebuah ladang kering
yang tersiram hujan yang dinanti-nanti sejak
lama!
Siang itu, Bari makan sangat lahap. Nyaris ia
habiskan kedua bungkus mie goreng yang tadi
dibawanya. Nyaris pula ia meneguk habis
minuman ringan dingin dalam botol ukuran 1
liter itu. Ayu tak henti-hentinya memperingatkan
agar suaminya makan lebih lambat. Wanita itu
kuatir Bari tersedak atau terserang kram perut.
"Duuh.., pelan-pelan, Yang!" sergah Ayu sambil
menyingkirkan jauh-jauh botol minuman yang
tinggal seperempatnya.
"Tadi, waktu aku pelan-pelan, kamu suruh cepat-
cepat.." sahut Bari sambil menyuap satu sendok
penuh mie goreng yang lezat itu.
Ayu tertawa, mengerti apa yang dimaksud
suaminya, "Lho, tadi itu, kan perkara lain.
Lagipula pada awalnya, kan juga pelaan.., sekali!"
katanya manja.
"Ah, kamu memang suka ngatur.." protes Bari
sambil terus menyuap, padahal mulutnya belum
kosong sekali.
Ayu mencubit lengan suaminya dengan gemas,
"Alaah.., Kamu juga suka kan, diatur kalau lagi
begitu!" katanya membela diri.
"Oke, nanti malam kamu atur lagi, ya" kata Bari
sambil meraih botol minuman yang sudah
disingkirkan jauh-jauh. Tanpa gelas, ia meneguk
isinya langsung.
Ayu membelalakan matanya yang mempesona
itu,
"Nanti malam? Ya ampun. Belum cukup juga,
Yang?"
Bari tertawa, hampir saja tersedak. Ayu
menggeleng-gelengkan kepalanya. Benar-benar
mengherankan, apakah ia begitu karena sebentar
lagi ulang tahunnya yang ke 32? pikir Ayu sambil
menatap suaminya lekat-lekat. Kalau sedang
tertawa, suamiku makin muda saja
tampangnya. Makin cute dan makin
menggemaskan. Nanti malam, harus kuapakan
dia?
Bari pulang kantor dengan bersiul-siul. Jam baru
menunjukkan pukul 5 sore. Walau tampak riang,
jelas juga terlihat bahwa pria itu agak letih. Ayu
menyambut pasangan hidup terkasihnya di
depan pintu, menerima tasnya, dan membiarkan
tubuhnya yang segar karena baru habis mandi,
dipeluk oleh suaminya.
"Hmm.., harumnya istriku", bisik Bari sambil
menciumi leher Ayu.
"Hmm.., baunya suamiku", sergah Ayu
menggoda. Sebetulnya, Bari tak pernah punya
persoalan bau tubuh. Tetapi agaknya suaminya
tadi rapat di ruang penuh asap rokok. Bau kretek
menyengat dan mengganggu.
"Iya, deh. Aku mau langsung mandi!", kata Bari
sambil merengut merajuk dan melepaskan
pelukannya.
Ayu tertawa dan tidak mau melepaskan diri dari
suaminya, ia merangkul leher pria
kesayangannya dengan manja.
"Aku mandiin, yaa.." katanya sambil menciumi
pipi Bari yang masih menyisakan sedikit harum
after shave.
"Ngga mau. Nanti ngga jadi mandi, malah
tambah keringetan.." sergah Bari sambil terus
melangkah ke kamar tidur, menyeret serta
istrinya yang terus merangkul manja.
"Diganggu sedikit saja sudah ngambek!" sergah
Ayu sambil menggigit pelan cuping telinga
suaminya.
Akhirnya Ayu melepaskan suaminya. Setelah
berganti baju dan sejenak membaca koran sore,
Bari mandi sepuas-puasnya. Segar sekali
mengguyur tubuh yang penat dengan air dingin.
Sementara Ayu menyiapkan kopi dan makanan
kecil kegemaran suaminya. Tetapi rupanya Bari
memang cukup penat hari itu. Karenanya, pria
itu tergolek tidur di kursi sebelum menghabiskan
kopinya. Ayu terenyuh melihat suaminya terlena
dengan wajah damai. Sejenak ia berpikir untuk
membatalkan semua rencananya malam ini.
Kasihan kalau ia memaksa diri, bisik wanita itu.
Dengan hati-hati diletakkannya bantal di bawah
kepala suaminya. Lalu perlahan ia mencium pipi
lelaki itu. "Tidur nyenyak, sayang..", bisiknya
dalam hati.
Rumah pasangan itu pun menjadi sepi, dan Ayu
punya banyak waktu memilih-milih foto yang
akan dipakai untuk membuat brosur pesanan
sebuah maskapai penerbangan dalam negeri.
Entah berapa lama Bari tertidur lelap. Ayupun
semakin asyik bekerja di studionya, lupa waktu.
Malam telah menggelap, ketika tiba-tiba wanita
itu teringat suaminya yang ditinggal di ruang
keluarga. Sambil menggeliatkan tubuhnya yang
terasa pegal duduk menekuni slide di atas meja
observasi, Ayu bangkit menuju ruang tengah.
"Hei.., sudah bangun kasihku cintaku", sergah
Ayu karena ternyata Bari sudah bangun,
walaupun masih bermalas-malasan.
Dengan cepat Ayu sudah berada di sisi
suaminya, menciumi pipi lelaki pujaannya itu
dengan penuh kasih sayang sambil bertanya,
"Mau makan sekarang?".
"Makan kamu?", goda suaminya sambil
mengacak-acak rambut Ayu dengan gemas.
"Ah! Orang sudah letoy begitu, masih
nantangin!", sahut Ayu sambil balas mengacak-
acak rambut suaminya.
"Eh.., jangan memandang rendah kekuatan
seorang pria, ya!" sergah Bari sambil mencoba
bangkit, tetapi tidak bisa karena Ayu tahu-tahu
sudah duduk di pangkuannya.
"Bukan begituu.." sahut Ayu serius, "Kamu
memang kelihatan letih. Perlu di isi dulu dengan
makan malam yang sedap dan penuh energi!"
"Lalu.., setelah di isi?" tanya Bari sambil mencoba
bangkit lagi, tetapi gagal lagi karena Ayu malah
menelungkup di dada suaminya.
"Ya.., gimana nanti saja!" sahut Ayu sambil
memeluk erat-erat suaminya dan
menyembunyikan mukanya di leher orang yang
sangat dicintainya itu.
"Ah, kamu ini memang suka ngatur..", sergah
Bari sambil menepuk pantat istrinya dengan
gemas.
"Kan, memang itu permintaan kamu tadi siang..,
nanti malam kamu atur lagi, ya.., Ya, kan!?"
sahut Ayu tak mau kalah.
"Oke!, Oke!" Bari menyerah, "Sekarang,
bagaimana kita bisa makan kalau aku di-kelonin
terus seperti ini?".
Ayu tertawa, lalu bangkit dan menyeret
suaminya ke meja makan. Mereka menyantap
ikan gurame goreng kering dan lalap aneka
daun, plus sambal terasi.
Selesai makan malam yang telah betul-betul
membuat Bari segar kembali, sepasang suami
istri itu duduk berdampingan menonton berita
malam di televisi. Seperti biasa, Ayu manja
merebahkan kepalanya di dada Bari yang bidang,
memeluk erat lengannya yang berotot, dan
menopangkan satu kaki di atas pangkuan lelaki
itu. Nyaman sekali rasanya berduaan seperti ini,
di malam sepi yang mulai ramai penuh suara
unggas malam.
Berbagai berita bermunculan di layar, tetapi Ayu
tak terlalu tertarik. Baginya, suami yang pulang
dengan sehat dan ceria, lebih penting
dibandingkan perang di sana-sini, persoalan
politik di mana-mana, atau selebriti dunia yang
muncul tenggelam. Semuanya tidak relevan buat
Ayu, sepanjang Bari ada di sampingnya, dalam
pelukannya, dalam jangkauan ciumannya.
"Aku besok mau cuti saja", celetuk Bari ketika
acara siaran berita menjelang usai.
"Cuti bagaimana?", tanya Ayu sambil
memejamkan mata menikmati detak teratur
jantung suaminya yang dekat sekali di
telinganya.
"Ya cuti.., artinya tidak masuk kantor.., Tinggal di
rumah.., Satu hari penuh.., Dari pagi sampai
malam.." ujar Bari seperti orang membacakan
arti 'cuti' di kamus bahasa.
"Dan boleh begadang..", sambung Ayu cepat-
cepat.
Bari tertawa, "Ya. Betul.., boleh begadang. Tapi
buat apa begadang, kalau tidak ada yang
dikerjakan", katanya.
"Ngerjain aku, dong.." sergah Ayu manja sambil
memeluk lebih erat.
"Ngga mau", kata Bari kalem, "Malam ini, kan
kamu yang ngatur.., Aku sih, terima beres saja,
kan?"
Ayu tertawa tergelak, "Kamu betul-betul ngga
mau ngalah sama istri, ya!" sergahnya sambil
mencubit pipi suaminya dengan gemas, tetapi
cepat-cepat ia lalu mencium tempat cubitan itu
ketika suaminya mengaduh.
"Memang begitu, kok, perjanjiannya..", kata Bari
bersikeras.
"Ayo dong, ke kamar" sergah Ayu, tetapi ia
sendiri masih memeluk suaminya, masih
merebahkan kepala di dadanya.
"Kamu yang harus bisa membuat aku mau ke
kamar", jawab suaminya.
Ayu mengangkat mukanya, "Eh.., begitu ya? Jadi
aku harus merayu, begitu?" tanyanya sambil
melebarkan kedua matanya yang indah itu.
Bari menghindari tatapan istrinya, pura-pura
tertarik menonton berita terakhir. Ayu
menggeleng-gelengkan kepalanya sambil
berdecak, lalu bertanya, "Aku harus berbuat apa
supaya kamu mau ke kamar?".
Tanpa mengalihkan pandangannya dari layar
televisi, Bari menyahut kalem, "Bagaimana kalau
kamu menari bugil..".
"Apa?", jerit Ayu sambil lebih membelalakkan
matanya, "Ih, pikiranmu jorok ah!".
Bari terlonjak karena dicubiti oleh istrinya di
pinggang, di perut, di paha, di dada, di mana-
mana. Lelaki itu tertawa-tawa kegelian, dan
senang karena bisa membuat istrinya terdesak
dalam perdebatan. Sekarang ia tinggal
menunggu, maukah Ayu melakukan apa yang
dimintanya itu.
Setelah puas mencubiti suaminya, Ayu berseru,
"Baik! Jangan tinggalkan tempat.., Saya akan
kembali sebentar lagi!"
Bari tersenyum enteng, tetapi sesungguhnya ia
berdebar juga. Tegang sendiri memikirkan apa
yang akan dilakukan istrinya.
Ayu menghilang ke dalam kamar cukup lama.
Bari berkali-kali menengok, kuatir jangan-jangan
istrinya meninggalkannya tidur. Jangan-jangan ia
mempermainkan aku, pikirnya. Tetapi ia tidak
beranjak dari kursi di depan TV yang sudah
menyelesaikan tayangan siaran berita, berganti
siaran musik. Ia masih menunggu, dan berharap
akan benar-benar mendapat "pertunjukan
istimewa" dari istri tercintanya.
Lalu tiba-tiba lampu ruangan mati. Bari tersentak,
dan belum sempat menengok mencari siapa
yang iseng mematikan lampu, TV-pun ikut mati.
Sialan! sergah pria itu, istriku ternyata membawa
remote control, dan pasti dia yang iseng.
"Jangan becanda, ah.." Bari hendak mengeluh,
tetapi lalu lampu di pojok ruangan menyala.
Sinarnya hanya temaram, menimbulkan
suasana romantis. Dan di sana.., di depan pintu
kamar tidur.., Ayu berdiri dengan daster tipis
yang menampakkan bahunya yang putih mulus.
Ada tali kecil yang mengaitkan daster itu ke
bahunya. Dalam sinar yang temaram, Ayu
tampak bagai sebuah manequin di etalase toko.
Daster itu terlalu tipis untuk bisa
menyembunyikan tubuhnya yang telanjang.
Tetapi karena sinar temaram, Bari tidak bisa
melihat seluruh tubuh istrinya. Lelaki itu
melongo.
"E-e-e.." Ayu berbisik sambil mengacungkan dan
menggoyang-goyangkan telunjuknya.
"Jangan beranjak dari tempat duduk.."
Bari yang sudah siap bangun, kembali duduk,
lalu tersenyum menikmati pemandangan di
depannya. Boleh juga gaya istriku! sergahnya
dalam hati. Mari nikmati saja pertunjukkan ini.
Ayu melangkah perlahan meninggalkan pintu
kamar ke arah tengah ruangan. Langkahnya
gemulai, meniru Miranda di cat walk. Sudah
beberapa kali Ayu menonton sahabat cantiknya
itu beraksi. Ia sudah tahu bagaimana berjalan
agar terlihat seksi dan menawan. Bibirnya
menyunggingkan senyum tipis menggoda. Satu
tangannya di letakkan di belakang pinggangnya,
dan satu lagi melenggang santai. Bari tersenyum
lebar. Bravo! tukasnya dalam hati, kalau dia
sudah bosan memotret, bolehlah melamar jadi
peragawati!
Sekitar tiga langkah di depan suaminya yang
tertegun, Ayu berhenti. Perlahan-lahan wanita
seksi itu memutar tubuhnya 360 derajat. Bari
berhenti tersenyum. Ia menahan nafas, melihat
tubuh istrinya melintas bagai film slow motion,
menerawangkan kemulusan yang tak tertutup
oleh pakaian dalam. Payudara yang sintal dan
tegak menantang itu terlintas, perut yang datar
dan dihiasi noktah pusar bagai lesung pipit,
lembah di antara dua paha yang samar-samar
terlihat, dua bukit di pantatnya yang padat berisi
sungguh menggemaskan. Satu persatu
pemandangan indah itu melintas untuk ditatap
sepuas hatinya.
Ayu melakukan gerakan memutar perlahan itu
dua kali. Satu ke arah kiri, satu lagi ke arah yang
berlawanan. Setelah putaran kedua, Ayu diam
sejenak menghadap suaminya dengan kedua
kaki tegak agak terentang. Ia menahan tawa
melihat suaminya menelan ludah berkali-kali.
Rasain!, sergahnya dalam hati, biar dia betul-
betul kepengin!
Lalu, sambil tetap berdiri tegak terentang itu, Ayu
perlahan-lahan mengangkat satu tangannya
untuk diletakkan di belakang leher. Ketiaknya
yang bersih mulus segera terpampang, dan
seberkas keharuman yang lembut menyeruak
penciuman Bari, membuat pria itu menghela
nafas dalam-dalam. Pria itu juga kemudian
menahan nafas, ketika dengan perlahan-lahan,
menggunakan satu tangan yang lainnya, Ayu
menurunkan kait daster di bahu kirinya.
Daster itu merosot sedikit. Pelan-pelan bagian
atas payudara kiri Ayu menyeruak. Bari menelan
ludah. Bukit indah di dada istrinya itu terlihat
indah kalau hanya sebagian terkuak. Samar-
samar ia bisa melihat puting susunya yang kini
menjadi satu-satunya penyangga sehingga
daster itu tidak merosot terus untuk
menampakkan seluruh bola putih mulus. Ingin
rasanya Bari bangkit dan menarik daster itu.
Tetapi ia tidak boleh bergerak, bukan?
Lalu Ayu menggunakan tangan yang
tertumpang di belakang lehernya untuk
melepaskan kait daster yang lain. Dan seperti
sebelumnya, daster itu merosot perlahan. Kini
tertahan oleh tangan Ayu yang berada di depan
dadanya, sedikit di bawah kedua putingnya.
Dengan cara ini, Ayu menampilkan bagian atas
kedua payudaranya yang ranum membusung
menawan itu. Bari menelan ludah lagi, sungguh
seksi terlihat istrinya, dengan dua bukit yang
mengintip malu-malu dan bahu mulus
terpampang bebas. Ingin sekali ia
membenamkan mukanya di sana. Ingin sekali!
tetapi tidak bisa, bukan?
Sambil tersenyum menggoda, Ayu menurunkan
sedikit tangannya yang berada di depan dada.
Sedikit saja, sehingga kini sebagian dari
putingnya tampak mengundang selera. Lalu
wanita itu melangkah mundur perlahan-lahan.
Bari mengernyitkan dahi agar bisa terus
memandang jelas. Sialan! sergahnya dalam hati,
kenapa dia musti mundur?
Setelah cukup jauh, dan bahkan hampir
menyentuh tembok di seberang Bari, wanita
seksi itu berhenti lalu berputar membelakangi
suaminya. Sambil menengok dengan gayanya
yang manja, Ayu menggunakan satu tangannya
untuk menarik bagian belakang dasternya pelan-
pelan ke atas. Bari terhenyak di kursinya,
merasakannya nafasnya cepat memburu, ketika
melihat paha istrinya yang mulus tersingkap
sedikit demi sedikit. Kain tipis itu terus naik,
perlahan-lahan menampilkan bagian belakang
tubuh Ayu yang indah dan menggemaskan. Bari
menahan nafas, ketika seluruh bulatan seksi
pantat istrinya terpampang bebas. "Oh..,
mengapa ia harus berdiri jauh-jauh begitu!",
keluh Bari.
Apalagi kemudian perlahan-lahan Ayu
merenggangkan kedua kakinya dan perlahan-
lahan pula membungkuk sambil tetap menahan
tepian daster di pinggangnya. Bari semakin
terhenyak di kursinya, memandang istrinya
pelan-pelan menungging. Pantatnya yang seksi
pelan-pelan menjadi bagian yang paling tinggi.
Dan.., Wow.., kewanitaan istrinya terlihat indah
dari belakang, agak sedikit terkuak
menampakkan bagian yang tersembunyi. Bari
menelan ludah entah sudah berapa kali, belum
pernah ia melihat istrinya begitu menggiurkan
seperti ini. Tak sadar, kejantanannya menegang
membentuk sebuah tonjolan di depan
celananya.
Untuk beberapa jenak Ayu tetap membungkuk
memamerkan bagian paling sensual dari
tubuhnya. Setelah hitungan ke sepuluh, cepat-
cepat wanita itu menegakkan lagi tubuhnya,
sekaligus melepaskan dasternya turun menutupi
kembali pantatnya. Terdengar jelas Bari
mendesah kecewa, dan Ayu menahan tawanya.
"Malam ini dia harus memohon-mohon untuk
bisa menjamahku!", sergah Ayu dalam hati.
Lalu Ayu berbalik lagi menghadap suaminya.
Masih dengan posisi kaki agak terentang, ia
melepaskan pegangan tangannya pada bagian
atas dasternya. Dengan cepat, karena sudah tak
terkait lagi di bahu, daster tipis itu meluncur
turun. Tubuh yang menggiurkan, mulus tanpa
cela, seksi, sensual, erotis, menggemaskan,
mengundang remasan, putih bersih halus.
Wow! Bari berkali-kali menjerit kagum di dalam
hati. Baru kali ini, ia bisa betul-betul menikmati
pemandangan tubuh istrinya, padahal sudah
seringkali mereka bercumbu bertelanjang bulat.
Tetapi baru kali ini Bari sadar bahwa istri
tercintanya adalah sebuah keindahan yang tidak
hanya harus digumuli diremas, tetapi juga
dipandang sepenuh kalbu.
Ayu menarik sebuah kursi di dekatnya. Pelan-
pelan ia duduk, tanpa sedetikpun mengalihkan
pandangannya dari Bari, tanpa berhenti
tersenyum tipis menggoda. Setelah duduk,
perlahan-lahan Ayu mengangkat satu kakinya
untuk ditopangkan di sandaran kursi. Pelan-pelan
Bari melihat selangkangan istrinya terkuak. Bari
menahan nafas menunggu sampai lembah cinta
yang selalu nikmat untuk ditelusuri dengan jari
atau lidahnya itu betul-betul terkuak sempurna.
Wajah Ayu merona nakal dan genit menggoda,
ketika akhirnya kakinya tertumpang di sandaran
kursi. Selangkangannya terkuak sempurna.
Terpampang sepenuhnya untuk dipandang
sepuasnya oleh sang suami.
Bari bersiap untuk bangkit, tetapi gerakannya
terhenti karena Ayu cepat sekali mengangkat
telunjuknya dan berdesah seksi, "Ssst.., jangan
beranjak.., tetap di tempatmu..".
Bari kembali duduk, dan lalu membelalakkan
matanya melihat apa yang sedang dikerjakan
istrinya.
Ayu memasukkan satu jari tengahnya ke
mulutnya. Pelan sekali, dengan gaya seksi,
wanita itu menyedot-nyedot jarinya sendiri,
membuatnya basah dari ujung sampai ke
pangkalnya. Lalu, Ayu menggunakan jari yang
basah itu untuk membuat sebuah alur. Pelan-
pelan ia mengguratkan jarinya dari dagu, turun
ke leher, turun ke antara dua bukit payudaranya,
berputar naik ke salah satu putingnya yang
segera bereaksi tegak lalu turun lagi ke perutnya,
berputar-putar di pusarnya lalu terus turun. Bari
menelan ludah dan menahan nafas. Jari itu terus
turun ke selangkangan menyerong sedikit untuk
melintas cepat di lepitan pertemuan antara paha
dan pinggulnya lalu menyelinap di antara dua
bibir kewanitaannya. Naik ke atas sampai ke
lepitan yang menyembunyikan tombol
asmaranya berputar sejenak di sana lalu turun
lagi.
Mulut Ayu terbuka sedikit, senyumnya
menghilang. Gerakan ini sebetulnya di luar
rencana. Wanita sensual ini tadinya hendak
menghapuskan gerakan ini dari acting-nya.
Tetapi entah kenapa kini ia ingin melakukannya.
"Aku akan mencobanya!", sergah Ayu dalam
hati. Mudah-mudahan bisa.
Nafas Bari memburu keras. Ia sudah sangat
terangsang oleh semua pertunjukkan Ayu, tetapi
kali ini benar-benar nyaris tak tertahankan karena
tahu apa yang dilakukan istrinya. Wanita yang
selalu menggiurkan baginya itu melakukan hal
yang tak terduga, merangsang dirinya sendiri di
hadapan suami. Betapa erotiknya pemandangan
itu.., melihat seseorang yang terkasih
merangsang dirinya sendiri, terbuka tanpa
tedeng aling-aling menikmati jarinya yang lentik
turun naik menelusuri lembah cintanya.
Dan Ayupun merasakan darahnya berdesir cepat
ketika perlahan-lahan kenikmatan datang dari
gerakannya sendiri. Ia sendiri tak kuasa lagi
mencegah gerakan tangannya, yang seakan-
akan secara otomatis naik turun sepanjang kanal
senggamanya. Pelan-pelan kanal itu semakin
basah, dan semakin lancarlah perjalanan sang
jari yang lentik.
Untuk beberapa saat Bari ragu-ragu, apakah aku
harus membantu? pikirnya. Tetapi ia lalu
memutuskan untuk duduk saja menonton
gerakan-gerakan erotis itu. Wajah Ayu kini
merona merah, dan matanya meredup sayup.
Mulutnya semakin terbuka, dan nafasnya mulai
terdengar memburu. Berkali-kali ia kelihatan
menggeliat tertahan, terutama jika ujung jarinya
seperti tak sengaja menyentuh bagian atas
kewanitaannya.
Ayu tak bisa menahan sebuah erangan keluar
dari mulutnya. Sejenak ia memejamkan mata,
mengurut-urutkan jarinya agak lebih keras di
kanal cintanya. Beberapa kali ia melakukannya.
Lalu ia membuka mata kembali, memandang
suaminya yang masih duduk dengan wajah
terpesona. Ia tersenyum manis. "Nah, apakah
sekarang dia masih tidak mau ke kamar?", pikir
Ayu sambil menghentikan kegiatannya. Sambil
tetap tersenyum, cepat-cepat ia bangkit dan
melangkah menuju kamar. Gerakan ini dilakukan
tiba-tiba, karena memang dimaksudkan sebagai
surprise.
Bari tersentak ketika menyadari istrinya telah
hampir sampai di kamar. Ia ragu-ragu, apakah
sudah boleh berdiri dan ikut ke kamar? Ia baru
saja hendak bertanya, ketika dilihatnya istrinya
berhenti di ambang pintu dan menengok ke
arahnya dengan gaya manja campur genit. Lalu
istrinya berkata pelan nyaris berbisik, "Kalau mau
masuk, ketok pintu dulu, ya!".
Belum sempat Bari mencerna ucapan itu, Ayu
sudah menghilang masuk kamar dan menutup
pintu. Ketika terdengar suara kunci diputar,
barulah Bari terlonjak bangun. Cepat-cepat ia
melangkah ke kamar, dan mengetuk. Satu kali,
tidak ada reaksi. Dua kali, hanya terdengar
istrinya bergumam tak jelas. Tiga kali, terdengar
langkah menuju pintu. Empat kali, terdengar
suara Ayu menggoda dari balik pintu, "Siapa
itu?".
"Buka, dong, Yang..", ujar Bari dengan gaya
memelas.
"Nanti dulu, saya pakai baju dulu.." kata Ayu
sambil menahan tawa.
"Aku nyerah, Yang.., Please jangan pakai baju
lagi.." kata Bari betul-betul penuh dengan
permohonan yang tulus.
Ayu tertawa cekikikan mendengar ucapan
suaminya. Tak tega, ia segera membuka pintu.
Apa yang kemudian terjadi di kamar itu, tak
usahlah diceritakan secara rinci. Pokoknya,
kegairahan suami istri itu muncul berkali-lipat
lebih besar daripada percumbuan pagi hari
maupun siang hari. Bari melumat habis istrinya,
dan Ayu megap-megap menikmati serbuan
suaminya. Satu jam lebih mereka bergumul.
Silakan bayangkan sendiri apa yang mereka
lakukan!
TAMAT


Adult | GO HOME | Exit
1/2460
U-ON

inc Powered by Xtgem.com